About Me

Foto saya
I am a boy who study at Faculty of Social Scince at State University of Jakarta. Love family, photographic, black and white, books, and music

Minggu, 20 Juni 2010

Visual Kei's Metamorphose

Visual kei populer sekitar tahun 1988 ditandai dengan bersinarnya X Japan, hingga akhirnya tahun 2001, tahun di mana visual kei mengalami stagnasi. Genre ini kemudian mengalami mati suri pada awal tahun 2000 dikarenakan banyaknya band baru yang bersaing dalam hal finansial maupun artistik, namun tidak bertahan lama.




The Early Years (1988-1991)

Banyak yang mengatakan, visual kei benar-benar bangkit pada masa X Japan. Memang band inilah yang mempopulerkan visual musik pada masyarakat. Pada masa ini terjadi erupsi antara musik gothic, metal, rock hybrid style yang kemudian menjadi kiblat musik visual kei di tahun 90-an. Band yang sangat berpengaruh pada masa ini adalah Buck Tick, X Japan, Derlanger, dan sejumlah band lain

yang tergabung Extasy label artist. Gaya berpakaian yang fetish, rambut sasak tinggi, make up tebal, musik yang menghentak dan tidak jauh dari nuansa metal atau rock n roll menjadi image visual pada era ini. Hide (X Japan) meninggal dan X Japan bubar, masa ini kemudian berakhir dengan munculnya artis baru di dunia J Rock: Kuroyume.


X Japan



The Golden Years (1991-1996)

Inilah masa ketika visual kei benar-benar menjadi bagian dari para pecinta musik Jepang. Dengan kemunculan musisi dan band-band baru seperti Kuroyume, L'Arc en Ciel dan Luna Sea di tahun 1991, visual kei mulai mendapat tempat di hati masyarakat. Sebagai contoh Laruku yang bergaya mediteranian. Tidak hanya masyarakat pecinta musik keras saja yang bisa menikmati musik mereka, penggemar musik pop pun masih bisa menikmati. Atau Luna Sea yang semua personelnya tampil wild dan gothic dengan make up tebal, rambut megar. Popularitas mereka yang gila-gilaan secara otomatis juga menyorot gaya ber-visual yang mereka pakai. Di masa ini kita bisa melihat Hyde yang masih berambut panjang, Ryuichi Kawamura yang masih bersuara berat, atau Ken Laruku yang masih tidak bisa lepas dari lipstick dan kotak make up-nya. Sejumlah band terkenal kemudian muncul pada masa ini. Sebut saja Dir En Grey dan Laputa. Band lain yang juga berhasil membawa image visual-nya adalah Malice Mizer, Pierrot dan Shazna. Dan image mereka tidak hilang walaupun sudah menjadi major band.


Malice Mizer


L'arc en Ciel



Stagnation (1997-2001)

Setelah dua era sebelumnya banyak band yang sukses di jalur visual band, pada masa ini banyak band baru yang kemudian berminat meneruskan jejak meraka. Ini adalah era Matina label, yang

mengorbitkan sejumlah band visual, namun sayangnya banyak yang tidak bertahan lama. Sebut saja Mirage, Lamiel, La' Mule, atau Despairs Ray. Kebanyakan dari band-band ini hanya 'kloning'

dari band yang berjaya di tahun-tahun sebelumnya sehingga tidak mampu mempertahankan eksistensi mereka, meski sempat meraup keuntungan dari album pertama mereka yang disukai fans lebih cenderung karena trend saja.

Sejumlah band yang berjaya pada masa ini adalah David Shito'aL, yang sukses dalam hal struktural experimentations; Velvet Eden, salah satu dari sekian banyak band yang memasukan unsur

electronics ke dalam format rock/pop ala visual kei; dan Fiction, salah satu band "gothic" visual kei, yang merilis sebuah album dengan romantic melody sebelum akhirnya vokalis band

tersebut keluar dan bersolo karir.


Gazette

 


Death (2002-Onwards)

Visual kei tidak mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam masa ini. Namun terjadi banyak perubahan dalam hal lagu. Sejumlah band seperti Baroque dan Mucc, punya pengaruh punk dan hardcore dalam musiknya. Image visual-nya ditonjolkan lebih di bagian make up dan kostum. Lain halnya dengan Dir En Grey yang sejak awal sudah memiliki image wild-visual yang kental, dengan gaya musik yang angsty. Pada masa ini, musik mereka lebih cenderung ke arah nu-metal. Walau sebagian orang mengatakan pada masa ini visual kei sudah mati, kenyataannya tidak seperti itu. Visual kei masih ada dan beralih ke generasi yang baru. Banyak band-band baru yang bermunculan seperti Due'le quartz, Kaggra, Naitomea, Gazette, Vizell atau Psycho Le Cemu. Mereka membawa image visual kei dengan gayanya sendiri dan tidak kalah dengan pendahulunya. Namun yang sangat disayangkan, tidak sedikit dari mereka yang merilis satu album dari mereka langsung bubar. Sehingga image visual mereka yang baru saja dikenal orang, langsung hilang begitu saja.Meski masih ada image visual kei dalam musik Jepang, beberapa band justru mulai mengubah gaya mereka atau tetap stagnan. Bukan hal yang menyedihkan, dan juga tidak aneh, tapi gaya visual

kei tidak bisa dari dasar band itu sendiri. Ketika band itu mulai basi, gaya visual kei pun sama. Tapi sebenarnya bukan karena menurunnya popularitas maka visual kei dikatakan mati; tapi

lebih karena menurunnya kualitas dan tidak adanya inovasi baru. Melihat perkembangan musik, baik yang mainstream ataupun underground, rasanya sulit untuk memunculkan image visual kei yang

benar-benar baru dan fresh, bukan dari sekedar contekan yang sudah ada.

Dir en Grey


Source: Animonster

Blogged with the Flock Browser

0 komentar:

Posting Komentar